Beberapa waktu yang lalu tim “Ada Tamu Gokil” dari Global TV datang berkunjung ke kantor Pejuang Stunt Indonesia yang berada di kawasan Kelapa Dua, Depok. Kali ini tim “Ada Tamu Gokil” ingin mengetahui lebih lanjut tentang dunia stunt dan juga mencoba beberapa stunt yang kami berikan. Pada saat liputan, saya dan teman-teman memberikan beberapa demo stunt diantaranya adalah adegan tabrakan, adegan bakar, pukul botol, pukul kayu dan juga adegan jatuh dari lantai 2. Sebagai perusahaan yang berkomitmen untuk selalu memprioritaskan keamanan dan keselamatan stunt tentunya kami juga tidak asal dalam beradegan dan memberikan contoh.
Ada Apa Dengan Sensor dan Farah Quinn ?
Nah begitu menonton hasil tayangan pada hari minggu kemaren di Global TV, kecewa sudah pasti ada karena ada beberapa adegan yang dipotong alias terkena gunting sensor tapi bukan dari KPI melainkan pihak Global TV sendiri melalui tim Quality Control nya. Setelah tayangan selesai saya langsung menghubungi koordinator yang meliput kemarin dan penjelasan dari beliau bahwa keputusan tidak menayangkan beberapa adegan tersebut adalah dari tim Quality Control ( QC ) karena takut dengan sanksi KPI ( Komisi Penyiaran Indonesia). Nah ini jadi tanda tanya besar tentang KPI, apa yang ditakutkan ? Apakah sanksi dari KPI ke pihak TV yang akan memberatkan pihak-pihak yang membuat program atau atasannya atau apalah saya kurang begitu paham. Dalam hal ini saya juga tidak ingin menyalahkan pihak manapun mengenai hal tersebut bahkan saya berterima kasih sudah meliput dan menayangkan profil Pejuang Stunt.
Kali ini saya ingin sedikit mengupas tentang uneg-uneg setelah menonton tayangan yang penuh sensor tersebut. Dalam sebuah film action, adegan laga baik perkelahian, balapan, ledakan dan lain sebagainya adalah rekayasa semata. Bahkan akhir-akhir ini adegan ledakan sudah bisa menggunakan rekayasa program komputer yang akrab disebut dengan efek CGI. Banyak film-film di Hollywood yang sudah menerapkan teknologi ini setelah masuk era 2000an keatas. Tapi ada beberapa adegan yang memang belum bisa diwakilkan secara 100% oleh teknologi CGI, seperti adegan pecah botol, kayu atau high fall. Pada liputan kemaren saya juga selalu menekankan bahwa kami para pelaku stunt di dunia film selalu menggunakan properti khusus untuk beberapa adegan yang demonya ‘seharusnya’ bisa tayang tapi tiba-tiba video yang sudah kita ambil gambarnya tersebut sama sekali tidak tayang.
Coba bayangkan jika dalam acara demo masak, contoh mbak Farah Quinn masak sayur asem dan dia dengan penuh percaya diri menunjukkan beberapa bahan yang digunakan kemudian tiba tiba pas dia mengambil pisau gambar langsung berubah semangkuk sayur asem yang sudah jadi. Anda tentunya akan ngowoh dan bingung, kok bisa… jangan-jangan goib… mistis… dll. Dalam hal ini saya berpikir positif aja mungkin saat mengambil pisau, itu adalah benda tajam dan bahaya takut ditiru anak-anak… Lho ini kan acara masak ??!! Ya emang siapa bilang acara debat pilkada…
Kurang lebih analoginya seperti itu, anda ingin tau cara masak sayur asem, sudah mencatat bahan-bahan yang diberikan oleh host nya tapi begitu anda ingin tahu proses cara membuatnya tiba-tiba sayurnya udah jadi, piye jal ? Bingung kan…? Begitu juga dengan liputan kemarin, kami sudah menunjukkan alat yang kami pakai adalah khusus dan juga dikerjakan secara khusus agar masyarakat juga mengetahui hal tersebut. Komisi Penyiaran Indonesia melalui website resminya di www.kpi.go.id sudah memberikan nomor yang bisa digunakan sebagai tempat melaporkan hal-hal yang mungkin tidak pantas / layak tayang di televisi.
ACARA TV –> Masyarakat tidak suka acara –> Masyarakat protes KPI –> KPI menegur TV –> TV menegur program terkait –> Program terkait memperketat quality control
Mata rantai diatas kurang lebih gambaran sekilas tentang seputar siapa dan mengapa ada sensor. Padahal jika saja acara yang edukatif tersebut tidak ada sensor pastinya masyarakat juga tau dan kalau memang bisa membahayakan anak-anak dibawah umur, tinggal memberikan arahan seperti yang kami tekankan di acara tersebut.
Sebagai gantinya nanti saya akan menggunakan media online seperti Youtube untuk memberikan gambaran dan informasi tentang dunia stunt secara detil baik dari segi pelaku maupun alat-alat penunjangnya. Sekali lagi, ini hanyalah ulasan / uneg-uneg pribadi ya, tidak ada maksud untuk memojokkan pihak manapun.
Ada Apa Dengan Sensor dan Farah Quinn ?
Demikian kurang lebih catatan singkat saya kali ini berdasarkan uneg-uneg yang ingin saya tulis. Mohon kiranya jika ada pembaca yang ingin mengoreksi atau menambahkan bisa menghubungi saya melalui kolom komentar dibawah. Pasti banyak yang bertanya apa hubungan sensor dengan Farah Quinn ? Ya nggak ada hubungannya kan saya suka yang besar-besar dan saya memang suka sama mbak Farah jadi ya tiba-tiba menulis namanya hehe.
gaj nahan kalau liat farah :D
I will be waiting for your videos on You Tube. When do you plan to provide an overview and information about the stunt world?
Soon, after working with this one