Mengapa Rumah Produksi Lokal Jarang Produksi Film Action ?

Mengapa Rumah Produksi Lokal Jarang Produksi Film Action ? – Selamat malam para facebookers, gamers, imers, bloggers, dan kaum netizen dimanapun anda berada.  Berjumpa lagi dengan saya di acara dan gelombang yang sama, lho kok mirip radio hehe, ya gpp lah sesekali nostalgia ke jaman dahulu, jamannya radio stereo 2 band.  Kali ini saya kembali hadir dengan tulisan terbaru setelah sekian lama tidak menulis dikarenakan sibuk mengurus rumah tangga… lho kapan kawine mas ?  Lha emangnya yang punya rumah tangga orang yang sudah punya istri, bujangan juga kan punya rumah yang harus diurusi to ya…  Yuk kembali ke bahasan, kali ini saya akan mengupas sedikit tentang rumah produksi lokal yang jarang memproduksi film dengan genre action.  Tulisan ini berasal dari sudut pandang saya sebagai pekerja film yang lumayan memiliki pengalaman dari production house ( PH ) satu ke PH lainnya.

5 Hal Penyebab Rumah Produksi Lokal Jarang Produksi FIlm Action

Sebetulnya apa sih penyebab jarangnya rumah produksi lokal memproduksi film action ?  Saya akan mencoba memberikan uraian sedikit.  Ada beberapa hal yang menjadikan para investor atau executive producer di bidang perfilman ini menunda atau bahkan menghindari membuat film action.

  1. Budget Film Action Lebih Mahal

    Budget atau pembiayaan film action jelas lebih mahal dibandingkan dengan film drama, komedi atau film dengan genre horor.  Beberapa hal yang membuat budget lebih mahal adalah penggunaan properti yang digunakan.  Film action biasanya akan banyak melibatkan banyak kendaraan baik sepeda motor / mobil.  Sebagai contoh film The Raid 2 Berandal saja menghabiskan hampir lebih 10 kendaraan roda 4 dan 2 buah sepeda motor yang mana salah satu dari motor tersebut saya gunakan untuk adegan tabrakan di adegan film tersebut.  Baca pengalaman saya di artikel Babak Belur Stuntman Motor di Film The Raid 2 Berandal.  Untuk mobil juga sudah dipastikan dibeli memang untuk dihancurkan, jadi jangan harap jika membeli mobil untuk properti film action akan kembali utuh dan mulus.  Walaupun bisa pasti akan memerlukan biaya lebih banyak, mending beli mobil baru kan hehehe.

    Mobil properti shooting

    Mobil setelah dipakai shooting, abaikan modelnya wkwkw

    Persiapan adegan motor

    Motor untuk adegan juga mahal

    Adegan dalam The Raid 2 Berandal

    Adegan dalam The Raid 2 Berandal

  2. Kru Film Action Lebih Banyak

    Film dengan jenis action akan memerlukan banyak kru, ini dikarenakan ada tambahan kru yang tidak ada jika filmnya berjenis drama, yaitu kru bagian action dibawah naungan seorang Stunt Coordinator.  Dalam departemen ini terdapat setidaknya beberapa posisi seperti penata laga ( fight choreographer ), stuntman dan fighter.  Selain itu jika filmnya skala besar akan ada juga departemen lagi yaitu special fx, dalam proses shooting departemen ini yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan shooting dalam bentuk bahan ledakan atau efek-efek seperti pemain yang tertembak.  Untuk film action khusus dengan melibatkan senjata sebagai propertinya, maka akan ada departemen tambahan yaitu armoury.  Departemen ini bertugas menjaga dan mendistribusikan segala senjata yang digunakan sebagai properti untuk film.  Walaupun hanya airsoft gun, namun penggunaannya tidak boleh sembarang dan memerlukan ijin dari pihak kepolisian lho.  Pengalaman saat shooting film Beyond Skyline, saya menggunakan senjata asli AK-47, sebelum menggunakan kami akan diberikan briefing terlebih dahulu kemudian bersama melakukan pengecekan bahwa magazine senjata dalam keadaan kosong tidak terisi peluru.  Dengan bertambahnya kru tentunya membuat biaya produksi juga bertambah untuk kontrak para kru tersebut.  Belum termasuk departemen tambahan seperti medis dan pemadam kebakaran, wah bisa melonjak drastis biaya produksinya.

    Stuntman Indonesia - Udeh Nans 4

    Sebagian kru The Raid 2 Berandal

    Stuntman Indonesia - Beyond Skyline

    Bersama kru Beyond Skyline

    Piranha Stunt

    Bersama tim Piranha

    Stuntman Indonesia - Udeh Nans 8

    Tim Bruce Law dari HongKong saat terlibat di The Raid 2 Berandal

  3. Waktu Produksi Film Action Lebih Lama

    Waktu adalah hal yang sangat sensitif di dalam produksi film, tentunya selain budget produksi alias duit hehehe.  Sebagai gambaran, dalam film drama, untuk 1 hari shooting bisa mendapatkan beberapa scene sekaligus, apalagi jika menggunakan 2 kamera maka lebih cepat proses pengambilan gambarnya.  Beda dengan film action yang kadang dalam 1 hari shooting bukan hitungan scene yang dicapai tapi hitungan shoot.  Jika proses shooting terhambat beberapa hal tertentu yang menyebabkan bertambahnya hari ( day shoot ), maka sudah dipastikan akan merembet ke biaya produksi.  Dalam kasus ini, yaitu proses produksi film action yang sebenarnya, nanti akan ada waktu khusus untuk workshop fighting para pemain dan stuntman yang terlibat dalam pembuatan tersebut.  Untuk film tertentu proses ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, film The Raid saja seingat saya memakan waktu hampir 4 bulan sejak proses pembuatan koreo hingga workshop para pemain dan stuntmannya.  Belum lagi waktu untuk pengambilan video board, ini juga cukup memakan banyak waktu lho.

    Tim coreo & safety The Raid 2 Berandal

    Bersama tim coreography & safety The Raid 2 Berandal

    Stuntman Indonesia - Udeh Nans 3

    Bersama 3 karakter antagonis di The Raid 2 Berandal

  4. Lokasi Produksi Film Action Lebih Banyak

    Faktor lain yang menyebabkan budget produksi naik adalah lokasi produksi film action yang tentunya lebih banyak dibanding genre lainnya.  Biasanya lokasi untuk film action tidak jauh dari gedung kosong, gudang, jalanan, sungai bahkan laut.  Sebagai contoh untuk film The Raid 2 Berandal saat shooting di Jakarta menggunakan beberapa ruas jalan protokol di Jakarta seperti jalan Kemayoran dan juga jalanan di kawasan SCBD ( khusus disini kami shooting hanya hari sabtu dan minggu ).  Pengalaman paling berat adalah saat shooting di depan terminal blok M, bagi yang tinggal di Jakarta pasti sudah tau betapa macet dan ruwetnya kawasan blok M.  Dengan melakukan shooting di beberapa ruas jalan yang merupakan area publik tentu menghabiskan dana yang tidak sedikit.  Namun ada juga film action yang lokasinya tidak terlalu memakan biaya besar, contohnya film Air Terjun Pengantin Phuket yang shooting pada akhir tahun 2013.  Lokasi shooting hampir sebagian dilakukan di hutan yang berlokasi dalam kawasan studio alam TVRI Depok.

    Stuntman Indonesia - Udeh Nans 8

    Salah satu lokasi shooting The Raid 2 Berandal di Kemayoran

    Stuntman Indonesia - Udeh Nans 8

    Ijin ledakan di lokasi pasti mahal

    Stuntman Indonesia - Air Terjun Pengantin Phuket

    Lokasi film horor lebih sedikit

  5. Post Production Film Action Lebih Lama

    Setelah selesai shooting, proses selanjutnya adalah editing, grading, mixing dan beberapa komponen editing lainnya.  Nah didalam film action akan ada penambahan lainnya yaitu visual effect, yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan gambar yang memerlukan tambahan misalnya efek cipratan darah, efek ledakan, efek digital lainnya yang saat shooting tidak bisa dilakukan karena adanya keterbatasan.  Proses ini memakan waktu cukup lama lho dan memerlukan sumber daya yang mumpuni serta sudah pasti budget extra untuk kru yang terlibat.

    Stuntman Indonesia - Udeh Nans 8

    Properti & Senjata, greenscreen di belakang nanti akan melalui proses vfx

Dari beberapa hal tersebut, tidak heran jika sedikit rumah produksi yang berani mengambil keputusan untuk shooting film dengan genre action.  Namun ada juga beberapa PH yang membuat film action tapi lebih menjual seni beladirinya, jadi secara properti mereka tidak menggunakan banyak kendaraan.  Beberapa PH yang saya kenal dan terlibat produksinya antara lain adalah Merantau Film, Skylar Pictures, Maxima Pictures.

Kilas balik saat awal berkarir di dunia stuntman yaitu sekitar tahun 2005 an, saya bergabung dengan PH yang identik dengan sinetron dengan genre action, yaitu Jelitavisindo Megah Film ( sekarang berubah menjadi Alip Film, CMIIW ).  Saat itu PH Jelita sedang berjaya dengan deretan sinetron laga unggulan seperti Darah & Cinta, Darah Membara, Sebatas Impian dan Preman Kampus.  Kemudia disusul dengan deretan FTV dengan jenis laga juga, FTV garapan PH Jelita ini bisa anda lihat di halaman Filmography.  Banyak hal yang saya pelajari saat menjadi kru sekaligus stuntman di PH ini, belajar tentang stuntman dan juga proses produksi sinetron dan FTV.

Poster Preman Kampus

Poster Preman Kampus

Demikianlah gambaran singkat tentang 5 hal penyebab rumah produksi lokal jarang memproduksi film action.  Tulisan ini murni dari sudut pandang saya pribadi dan juga sudut pandang jika saya memposisikan diri sebagai executive producer.  Saya yakin masih ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan seorang produser dan juga PH untuk menunda produksi film dengan genre action.

Jika ada pembaca atau kawan yang ingin memberikan koreksi atau tambahan pada tulisan ini, saya akan dengan senang hati menerimanya.  Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa menambah wawasan anda dalam bidang perfilman.

Ingin mengetahui lebih banyak lagi cerita tentang perfilman dan stuntman di Indonesia, silahkan langganan artikel blog ini dengan memasukkan email anda di kolom langganan dibawah ini, gratis lho.  Nanti setiap ada artikel baru anda akan kami kirimkan pemberitahuan, jadi tidak akan melewatkan artikel yang baru terbit.

Untuk video proses shooting bisa dilihat di channel youtube saya di Udeh Nans Official Channel, jangan lupa subscribe yah.

Foto Terbaik Gerhana Matahari Total 2016
Behind The Scene Lenovo Vibe P1M Media Launch Live Action Show
Please sharing if you like :
2 Comments
  1. June 7, 2019
    • June 11, 2019

Leave a Reply to Udeh Nans Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *