Road Trip to Dieng Culture Festival 2015 – Minggu kemarin, tepatnya pada hari Jumat tanggal 31 Agustus 2015 saya berkesempatan untuk mengikuti acara budaya yang rutin diselenggarakan di kota Banjarnegara tepatnya di wilayah Dieng. Kebetulan sekali masih dalam acara libur lebaran saya tidak melewatkan kesempatan ini. Jarak menuju lokasi Dieng Culture Festival cukup jauh, tapi kalau dari Jakarta hehehe, kan saya masih di kota Pemalang jadi tidak terlalu jauh. Perjalanan kali ini saya berangkat bersama dengan teman-teman scooterist Orijingan ( komunitas Vespa ) yang wilayah Pemalang diketuai oleh kawan saya Hengky Kik. Tapi saya tidak ikut menunggangi vespa hahaha, cuma nebeng aja ngekor di belakang konvoi mereka.
Road Trip to Dieng Culture Festival 2015
Malam sebelum berangkat kami sepakat untuk berangkat tepat pukul 14.00 waktu Pemalang… Atau habis sholat Jum’at. Akhirnya waktu pun tiba, setelah paginya persiapan darurat sudah saya kemasi sedemikian rupa, mengingat seharusnya saya berangkat dari Jakarta maka untuk camping kali ini sebagian peralatan seperti tenda dan sleeping bag harus menyewa dulu. Beruntung Hengki mempunya teman yang memiliki usaha rental peralatan outdoor. Alhasil, masalah pun teratasi… Pokoknya saya tidak ingin kejadian waktu summer camp bareng dengan komunitas Bikepacker kembali terulang, nah sampai sekarang saya belum menulis artikel pengalaman camping di pulau Opak kemaren sebelum puasa wkwkwkw.
Oke setelah peralatan semua siap, dengan menggunakan 2 sepeda motor ( keponakan dan abang ipar saya ikutan ), untuk abang ipar kali ini dia mau ikutan gelar lapak katanya, mumpung ada festival hehehe. Berangkatlah kami bersama menuju titik kumpul ( tikum ) yaitu di rumah kawan saya yang suka plonga plongo, namanya Andi atau sering disebut Laponk ( entah gara-gara apa hahaha… ). Disana sudah ada Laponk dan Windi, kami bertiga merupakan alumni 1 angkatan di SMU N 2 Pemalang ( promosi ikatan alumni hahaha ).
Krik krik krik… hampir 1 jam kami menunggu rombongan Hengki dkk tapi belum nampak juga batang anunya… Akhirnya kami pun sepakat untuk pindah tikum di sebuah minimarket yang tidak jauh dari tikum awal. Ya sekalian belanja keperluan yang kurang, apalagi kopi belum ada nih,,, kopi hitam tentunya donk…
Akhirnya, 30 menit kemudian satu persatu rombongan sudah berdatangan… komplit ada 6 vespa…
Akhirnya kami melanjutkan perjalanan tepat pukul 16.00 waktu Pemalang… hik hiks molor 2 jam :(
Sepanjang perjalanan kami masih harus salip menyalip dengan bus, truk dan berbagai kendaraan besar lainnya, maklum kan masih melewati jalur pantura, jalan nasional yang padatnya naudzubillah. Jalur yang akan kami lalui rencananya via Kajen, maka dari itu lewat Wiradesa kami harus mengambil jalur untuk belok kanan. Sebelum memasuki wilayah Wiradesa kami berhenti untuk mengisi bahan bakar seluruh kendaraan karena di perjalanan arah Dieng nantinya akan susah menemui SPBU. Sempat terjadi insiden yang bisa membuat saya gigit jari, yaitu kartu atm yang tertinggal di mesinnya. Entah kenapa saya bisa lupa atau mungkin karena tercengang dengan jumlah saldonya yang mendekati titik zero hahahaha. Beruntung ada mbak-mbak eh ibu-ibu seperempat baya yang memanggil-manggil saya dengan penuh kasih sayank.. halah.. haa Akhirnya saya pun kembali ke atm center, saya ambil kartu dan tidak lupa mengucapkan terima kasih dan cium tangan, pipi, kening leher dan … ( ngimpi jebule ,, hhahaha ).
Kami pun kembali melanjutkan perjalanan dengan hati riang gembira tentunya… Setelah belok ke selatan arah Kajen, barulah terasa jalanan yang lengang dan sepi.. Tapi kami tetap patuh pada peraturan lalu lintas kok, jalan konvoi berurutan dengan kecepatan standar hehe.
Saat hendak memasuki kota Kajen, jalanan agak sedikit basah dan ada beberapa genangan yang lumayan jika sampai menciprati kami. Rupanya siang tadi hujan turun di wilayah ini, untung pas kami lewat sudah reda, soalnya saya ndak bawa jas hujan sendiri haha. Lepas dari kota Kajen akhirnya kami memasuki kawasan wisata Linggo Asri, hutan alami yang masih banyak pohon-pohon yang tertata rapi, entah itu karet, pinus atau apapun itu sungguh rindang sekali, adem tenan pokoke lah. Jalanan yang mulai menanjak terus rupanya bukan sebuah halangan bagi rombongan Vespa, mereka dengan gesit melaju lincah menaiki tandakan. Beda dengan kami, 3 motor bukan vespa… 2 matic dan saya mengendarai bebek. Saya sendiri sebetulnya bisa gesit mengimbangi konvoi tapi entah mengapa motor matic yang 1 ini susah banget naiknya… bahasa Italinya empot-empotan, ngeden banget pokoknya pas menanjak…
Setelah bersusah payah melewati beberapa tanjakan yang lumayan curam, akhirnya kami sampai juga di pemberhentian terakhir sebelum mencapai lokasi, yaitu daerah Kalibening. Disini kami akan belanja keperluan kelompok seperti perbekalan makan minum dan lain sebagainya. Saya menyempatkan untuk mencari jas hujan di toko-toko terdekat… Yah dapet juga akhirnya walau abal-abal, cuma plastik yang dibentuk jas hujan dengan harga 5000 perak, itupun masih kembali 500 perak wkwkwkw. Udara disini sudah mulai menerpa kulit dengan dahsyatnya, untung jaket yang saya pakai waktu itu khusus untuk daerah dingin, jadi lumayan lah. Beda dengan keponakan saya cuma pake sweater doank sama beberapa kaos untuk menahan angin dan dingin.
Perbekalan sudah, perlengkapan sudah, yang sholat sudah… akhirnya kami pun kembali melanjutkan perjalan yang masih memakan waktu kurang lebih 1,5 jam perjalanan. Hanya saja perjalanan kali ini akan terasa berat karena medan yang masih melewati hutan dan tentunya minim penerangan, tanjakan juga akan lebih terjal serta beberapa ruas jalan kondisinya kurang bagus. Beberapa kami yang berada di urutan belakan berjalan dengan tertatih-tatih… halah hhaha.. maksudnya jalannya pelan banget masih mending mbak jamu gendong bisa lari sipat keong. Saat mendekati lokasi kami akan dihadapkan dengan tanjakan terjal yang dikenal dengan sebutan tanjakan Z. Bagi para kendaraan lain seperti bebek manual dan vespa sangat enteng melewatinya walau harus dengan keahlian tersendiri. Beda dengan motor matic, yang akhirnya penumpang harus turun untuk membantu mendorong perlahan motornya. Ada beberapa sepeda motor yang saya lihat juga berjalan pelan, rata-rata motor matic yang ada pemboncengnya.
Sekitar 15 menit akhirnya abang dan keponakan saya berhasil melewati tanjakan Z, anda bukan tanjakan tentu jarak tersebut bisa dijangkau hanya dengan 30 detik. Andai siang hari, saya pasti akan berhenti untuk mengambil gambarnya hehehe, sayangnya perjalanan malam hari jadi suasana tidak begitu tergambar dengan jelas. Setelah sukses melewati tanjakan terakhir, kami semua berhenti di tikum terakhir yaitu di SPBU Dieng, satu satunya SPBU yang berada di kawasan Dieng. Sepanjang perjalanan kami melihat lampu-lampu yang sudah menyinari langit Dieng, wah lumayan ketinggalan acara donk.
Setelah semua anggota konvoi bertemu, kami bergegas mencari lahan parkir untuk semua kendaraan agar jadi satu sehingga mudah dalam koordinasinya. Sampai di area parkir, kami membongkar semua bawaan masing-masing, saya kebagian bawaan tambahan berupa perbekalan kelompok.
Akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, tujuan pertama yaitu penukaran tiket, Setelah mendapat tiket, kami segera menuju ke lokasi yang acaranya sedang berlangsung yaitu Jazz Atas Awan atau dikenal juga dengan nama Jazz Kemulan Sarung. Seperti apa suasananya…??? Nanti disambung di cerita selanjutnya yak,,, sore juga sudah saya publikasikan kok… mau ada tamu datang heheh jadi buru-buru.
Salam travelling…