Standar Keamanan Dalam Proses Produksi Film di Indonesia

Salam sejahtera bagi kita semua, kali ini saya akan menulis artikel tentang standar keamanan dalam proses produksi film di Indonesia.  Bagi anda, pembaca yang memiliki background di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ), mohon kiranya bisa memberikan koreksi jika ada kesalahan pada artikel ini.  Artikel ini murni dari buah pemikiran saya sendiri dan juga pengalaman pribadi sebagai pekerja yang bergerak dibidang keamanan, dalam hal ini masuk di indutsri perfilman sebagai stuntman / stunt coordinator.

Beberapa hari terakhir saya tidak bisa tenang karena ada sesuatu yang mengusik pikiran saya dan cukup membuat prihatin, yaitu beredarnya salah satu video yang sedang viral di tanah air.  Suasana pada video tersebut seperti sedang melakukan proses shooting.  Dalam video jelas banget adegan yang sepertinya diluar skenario yaitu sesosok wanita yang sedang berbaring di depan bemper mobil dan sedang diberi arahan oleh seseorang.  Namun tiba-tiba mobil tersebut mendadak bergerak maju kurang lebih 1 meter, membuat setengah badan wanita tersebut masuk kebawah mobil dan kepalanya nyaris terlindas ban depan sebelah kiri.  Walaupun jam terbang dan pengalaman saya boleh dibilang lumayan cukup untuk bidang pekerjaan stunt dan keamanan di dalam lingkup perfilman, namun saya tetap shock melihat video tersebut.  Sehingga kali ini rasanya ingin mengutarakan uneg-uneg tentang hal tersebut dan juga sedikit berbagi tentang pengalaman dalam kapasitas saya sebagai stunt coordinator di industri perfilman Indonesia.

Standar Keamanan Dalam Proses Produksi Film

Chintya Ramlan Kecelakaan

Chintya Ramlan Kecelakaan

Yuk kembali membahas video yang sedang viral tersebut.  Jika ada teman-teman yang belum menonton video tersebut, silahkan lihat sendiri di instagram, tentunya di akun-akun yang rajin memposting gosip dan berita seputar artis.  Saya tidak bisa secara gamblang memberikan komentar yang bisa berpotensi menyudutkan pihak-pihak tertentu karena saya tidak langsung melihat dan berada di lokasi pada saat kejadian.  Kejadian yang ada pada video tersebut bisa terjadi karena banyak faktor, namun jika melihat dari sudut pandang sebagai stunt coordinator, saya akan memulai dari siapa yang berada di balik kemudi mobil tersebut ?  Apakah dia stunt, kru, extras atau pemain ?  Dan juga mengapa tidak menggunakan jasa pemeran pengganti ( stuntwoman ) untuk wanita tersebut yang ternyata adalah Cintya Ramlan, adik kandung dari Olla Ramlan ?  Dalam kasus ini berarti dia sendiri melakukan adegan bahaya.

Setelah mencoba mencari informasi dari beberapa media online, adegan tersebut ternyata diambil untuk sebuah tayangan program film televisi ( FTV ) yang memang cukup populer di kalangan masyarakat.  Saya tidak bisa terlalu banyak membahas lagi karena jika menyangkut produksi untuk televisi memang minim untuk keamanannya karena berdasarkan pengalaman saya pribadi itu jarang atau bahkan tidak ada stunt coordinator.  Namun seharusnya hal ini tidak boleh atau minimal yang bertugas untuk menjadi tim pengaman.  Banyak yang masih menganggap sepele hal yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ).  Beberapa bulan yang lalu juga sempat terjadi kan kegagalan dari salah satu pesulap di Indonesia saat melakukan trik nya yang berakibat celaka pada salah 1 kru nya yang bertugas menjadi body double.  Untuk hal yang satu itu tidak sempat saya tulis dalam artikel karena sedang sibuk shooting.

Baiklah saya akan berbagi sedikit pengalaman saat menjadi stunt coordinator di 2 film Indonesia yaitu Wiro Sableng 212 dan Target.  Film Wiro Sableng merupakan film kerjasama antara rumah produksi Lifelike Pictures dan 20th Century Fox,  kemudian film Target diproduksi oleh Soraya Intercine Films.  Kedua film tersebut memiliki banyak perbedaan mulai dari segi cerita, proses pra produksi dan saat shooting, namun saya memiliki posisi yang sama di kedua film tersebut yaitu sebagai stunt coordinator.  Walaupun dari segi produksi beda, namun hal itu tidak mengurangi cara menangani keamanan dan standar keamanannya.  Wiro Sableng boleh dibilang cukup lama pra produksinya yaitu mencapai 4 bulan ( departemen action ) dan proses shooting selama 3,5 bulan.  Bagi stunt coordinator, tanggung jawab dia juga dimulai sejak awal mulai dikontrak oleh rumah produksi tersebut.  Sejak workshop dimulai, stunt coordinator sudah memberikan perhatian khusus dari segi keamanan, baik keamanan aktor dan aktris serta keamanan para stunt yang terlibat.  Bahkan pada saat shooting, jika ruang lingkupnya luas maka stunt coordinator juga turut serta untuk menjaga keamanan kru di lokasi shooting.  Saya masih ingat mbak Lala Timothy, produser Wiro Sableng seringkali mengingatkan saya tentang keamanan baik saat workshop maupun saat berada di lokasi shooting.  Alhamdulillah hingga selesai shooting tidak ada hal-hal yang berkaitan dengan insiden saat shooting, kalaupun ada hanya sebatas memar karena tangan atau kaki beradu pukul saat pengambilan gambar, namun ini boleh dibilang masih dalam batas wajar.

Begitu juga dengan film Target, meskipun skala produksinya jauh berbeda namun saya tidak mengurangi kualitas dari segi keamanan pada saat pra produksi dan produksi dan alhamdulillah hingga selesai shooting juga tidak ada hal-hal berarti yang terjadi saat shooting.

Suasana Shooting Film Target

Suasana Shooting Film Target

Stunt Coordinator film Target

Stunt Coordinator film Target

Lancarnya segi keamanan dari kedua produksi film tersebut bukan karena saya hebat dan juga bukan karena pengalaman jam terbang tinggi namun lebih tepatnya karena saya memperhatikan betul aspek-aspek kecil yang berkaitan dengan keselamatan.  Salah satu hal yang kadang sering terjadi adalah dari pemain yang tidak mau menggunakan stuntman / stuntwoman dan juga pemain yang mengaku bisa melakukan adegan stunt.  Tidak jarang  adu argumentasi terjadi antara saya dan sutradara mengenai keamanan, dan selama saya bisa memberikan argumen yang masuk akal akhirnya dipertimbangkanlah untuk mengambil adegan bahaya tesebut.  Namun bukan berarti semua adegan tidak jadi diambil melainkan sedikit perubahan, misalnya penambahan alat keamanan berupa matrass atau padding ( body protector ), bisa juga berupa merubah adegan yang tadinya harus jatuh dari lantai 3 berubah jatuh dari lantai 2.  Saya pun tidak serta merta ngotot perihal keamanan, selama segi keamanan memadai saya tidak akan terlalu bayak ikut campur memberikan pendapat.

Diskusi dengan Action Director Wiro Sableng 212

Diskusi dengan Action Director Wiro Sableng 212

Diskusi dengan pelatih kuda

Diskusi dengan pelatih kuda

Diskusi dengan tim safety pada ketinggian

Diskusi dengan tim safety pada ketinggian

Beberapa tahun belakangan, rumah produksi di Indonesia memang sudah mulai menggunakan jasa stunt coordinator, biasanya nanti stunt coordinator akan membawa tim yang sudah dikenalnya untuk bekerjasama dalam produksi tersebut.  Hal ini sudah menunjukkan bahwa sistem perfilman di Indonesia semakin bagus dan menuju ke arah yang lebih baik.  Saya pribadi hingga sekarang masih konsisten menjalin hubungan dengan beberapa stunt coordinator dari luar negeri baik yang tergabung dalam union maupun yang tidak tergabung.  Saya biasanya akan berdiskusi tentang isu isu keamanan di dunia perfilman, termasuk memberikan informasi perkembangan tentang dunia action di Indonesia.

Standar Keamanan Dalam Proses Produksi Film

Oh ya kembali ke pembahasan pada video insiden tersebut, lalu bagaimana sebetulnya langkah-langkah awal yang harus diambil jika mengharuskan adegan seperti itu.  Berikut ini beberapa hal yang akan saya kerjakan untuk melakukan adegan seperti yang ada di video.

  1. Pastikan membaca dengan jelas urutan adegan yang diminta sutradara, selalu komunikasi dengan asisten sutradara ( astrada ).
    Komunikasi adalah hal yang sangat penting, apalagi di dunia perfilman khususnya bidang action / stunt.  Telat sedikit memberikan informasi saat pengambilan gambar bisa berakibat fatal lho.  Maka dari itu biasanya untuk scene-scene adegan berat yang akan memberikan call adalah tim actionnya, bisa langsung action director atau stunt coordinator ( kalau di luar negeri bisa skaligus menjabat 2nd unit director ).  
  2. Menentukan 2 orang stunt yang akan berperan sebagai pengemudi dan yang ditabrak.
    Dalam beberapa adegan tabrakan yang pernah saya jalani, biasanya saya berpartner dengan rekan yang juga guru stunt saya yaitu Edi Manovo.  Eratnya chemistry diantara kami termasuk yang bisa membuat kelancaran adegannya.  Dengan chemistry yang kuat maka 1 sama lain akan saling meyakinkan bahwa tidak akan melukai temannya ( kecuali ada faktor x yang kita tidak tau ).
  3. Setelah ditentukan, maka akan dilakukan latihan / rehearsal dengan mobil yang melaju tanpa ada objek yang ditabrak, kemudian latihan dengan ada objek yang ditabrak.
    Latihan seperti ini akan memakan waktu yang cukup lama, jika dalam produksi skala besar bisa dalam hitungan hari, namun jika skala produksi yang kecil biasanya latihan hanya saat hari H pada saat pelaksanaan.  Kalau untuk sekedar adegan tabrakan sih memang bisa pada saat hari H, asalkan memang betul-betul yang terlibat adalah yang berkompeten di bidangnya.
  4. Eksekusi… Jika memang sudah dirasa cukup untuk latihan dan rehearsal, maka pengambilan adegan sudah siap dilakukan.  Untuk kali ini masing-masing posisi memang harus sudah tau kapan waktunya ‘bermain‘.  Stunt yang membawa mobil harus siap menerima tanda untuk memajukan mobil, sutradara / stunt coordinator harus pas memberikan tanda ke stunt, stunt yang ditabrak juga harus dalam kondisi prima dan siap akting saat mobil tepat mengenai badannya yang sudah dilengkap dengan beberapa alat pengaman ( body protector ).  Kita bisa melihat bahwa semua hal tersebut berkaitan dengan timing

    Safety Equipment for Stunt

    Beberapa Alat Pengaman Untuk Adegan Stunt

  5. Setelah adegan diambil, cek smua yang terlibat baik kondisi stunt yang ditabrak maupun yang membawa kendaraan.  Walaupun kadang sepele namun dengan kita memperhatikan stunt setidaknya dia sadar berada di tim yang akan membuatnya aman walau adegannya bahaya.  Jika memang adegannya sudah ok dan sutradara sudah sangat puas tentunya tidak perlu dilakukan pengambilan yang kedua ( take 2 ) walau ada beberapa produksi yang juga akan mengambil lagi untuk back up data.  Jika memang terpaksa harus ada pengambilan yang kedua, pastikan segala sesuatunya sama persis dengan saat pengambilan gambar yang pertama.  Jika sukses jangan lupa ucapkan selamat untuk stunt yang melakukan adegan tersebut.

Berikut ini ada beberapa video yang didalamnya ada adegan stunt yang melibatkan mobil.

Begitulah kurang lebih urutan yang akan saya lakukan jika ada adegan stunt yang melibatkan mobil untuk adegan tabrakan.  Besar harapan saya jika industri perfilman di Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang pesat namun tidak lalai untuk menerapkan standar keamanan dalam produksinya, dalam skala apapun.  Demikian artikel singkat dari saya tentang standar keamanan dalam produksi film di Indonesia, semoga bermanfaat.

Official Poster Karakter Film Target
Official First Look Film Wiro Sableng 212
Please sharing if you like :
2 Comments
  1. October 18, 2018
    • October 18, 2018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *