Nyawa Terselamatkan Karena Helm Pengaman – Tidak terasa sudah 4 hari berlalu sejak saya mempublikasikan artikel Babak Belur Menjadi Stuntman Motorider di Film The Raid 2 Berandal. Artikel tersebut belum lengkap karena saya sengaja membuatnya terpisah menjadi 2 bagian agar tidak terlalu bosan membaca karena cerita yang panjang. Malam ini dengan ditemani secangkir teh dan alunan musik favorit saya kalau untuk menulis yaitu Kitaro, saya kembali meneruskan kelanjutan dari pengalaman saya tersebut. Nyawa terselamatkan karena helm pengaman, ini bukan sekedar judul untuk menambah kesan seram atau wah namun memang saya sendiri yang merasakan bagaimana rasanya lolos dari maut untuk kesekian kalinya dan kali ini helm menjadi satu-satunya penolong jarak antara hidup dan mati saya. Ini bukan lebay atau berlebihan, mungkin orang tidak akan tahu apalagi saat shooting hanya saya yang merasakan dampak dari benturan itu. Kilas balik sebentar, saat saya menjadi pembunuh bertopeng dalam film Air Terjun Pengantin Phuket, saya melakukan lompatan belakang hendak menimpa tumpukan meja, saya mengandalkan punggung untuk keamanan. Lompatan saya lakukan dari atas mobil karena kurangnya sarana dan prasarana, kelanjutannya bagaimana ? Silahkan lihat videonya dibawah ini, nggak sampe 1 menit kok, buffer please hehehe.
Pengalaman jatuh adegan stunt dari atas mobil.
Sudah lihat kan betapa fatal kesalahan yang saya lakukan, nah video diatas diambil sekitar bulan November 2013 dan pada bulan Mei 2014 saya kembali mengalami hal seperti itu hanya saja ini lebih parah. Bagaimana sih kisah selengkapnya ? Mari kita mulai.
Setelah saya sukses melakukan adegan tabrakan dengan posisi berpindah dari motor ke mobil yang membuat motor yang saya tumpangi jatuh dan hancur, saya sudah bersiap untuk melakukan adegan selanjutnya. Namun perlu anda ketahui selama proses shooting, pengambilan adegan tidak urut alias jumping. Jadi tidak harus mengambil adegan awalan dulu tapi bisa juga diambil adegan terakhir atau pertengahan. Waktu itu saya ingat jika adegan yang saya lakukan adalah awalan sekaligus akhiran.
Adegan selanjutnya yaitu adegan sesaat saya setelah tertembak dan jatuh hingga terlindas oleh mobil. Pagi sebelum shooting dimulai, saya berlatih dengan om Gatot ( Gatot Stunt ) yaitu di lapangan parkir menggunakan mobil properti saya sambil lari-lari kecil ditabrak dengan menggunakan mobil ( seolah-olah saya pake motor ), kemudian saya bergelantungan hingga akhirnya jatuh karena diberondong tembakan oleh Eka. Saya latihan jatuh berkali-kali untuk mendapatkan feeling yang pas saat shooting yang sebenernya. Kenapa saya perlu latihan untuk adegan ini ? Padahal kan tingal jatuh saja… Tidak cuma jatuh, latihan ini saya lakukan untuk mengukur tingkat bahaya dan juga timing yaitu waktu kapan saya harus menjatuhkan diri dari mobil. Posisi mobil begitu saya bergelantungan adalah zig zag, nah inilah yang membuat saya harus memikirkan timing dan waktu yang tepat untuk menjatuhkan diri. Posisinya hampir sama yang dilakukan Yandi Sutisna saat menggantikan adegan stuntman yang cidera di pintu pengemudi taksi. Jika posisi jatuh saya tidak tepat, kaki bisa menjadi santapan empuk ban mobil loh, makanya diperlukan latihan mengukur timing.
Setelah dirasa cukup dan adegan siap diambil saya bersama kru menuju ke medan pertempuran yaitu jalan Kemayoran, seperti biasa metode buka tutup dijalankan oleh teman-teman dari departemen lokasi ( pak Agus, Jangkung, Edi dkk ). Begitu tiba di lokasi, dilakukan briefing singkat dengan director, Bruce Law dan tim astrada. Nah disinilah terjadi hal yang diluar dugaan saya, yaitu tatkala saya bersiap untuk berpegangan di pintu pengemudi sambil bergelantungan, Gareth mendatangi saya dan tidak menginginkan saya melakukan itu. Dia memerlukan adegan setelah saya terlindas, akhirnya dia memberitahukan bahwa saya harus tiduran diatas bagasi mobil dan dari situ pengambilan gambar dimulai. Jreng, saya kaget begitu mendengar perubahan sesaat dalam adegan yang akan diambil. Bagi stuntman yang punya pengalaman jam terbang tinggi hal tersebut tidak masalah selama dia pernah melakukan adegan itu maka dia akan gampang melakukannya. Saya sendiri sudah lama berkecimpung di dunia stuntman dan memang mengkhususkan diri untuk adegan jatuh dan tabrakan akhirnya langsung mengiyakan keinginan Gareth. Hanya saja seperti saat adegan saya naik kembali ke atas motor, disini saya langsung berpikir keras tekhnik seperti apa yang saya gunakan. Beruntung ini adalah adegan jumping, jadi adegan setelah saya tertembak dan terlindas, jadi saya diharuskan ‘ditancap’ dulu ( make up ). Jaket dan celana yang saya pake disobek-sobek agar terlihat seperti keseret aspal ( jumping shoot ), kemudian helm pun oleh Gareth sendiri langsung dirusak dengan cara digesek-gesekkan dengan sesekali dipukulkan ke aspal. Kemudian bagian yang paling tidak enak heehehe yaitu pake efek darah, dimana muka saya dilumurin cairan khusus efek make up. Untuk beberapa jam saya harus hidup dalam ketidaknyamanan yang teramat sangat, nggak papa deh buat masa depan yang cerah hihihi.
Akhirnya setelah dipastikan semua siap, saya duduk di bagasi dalam keadaan sudah ‘hancur lebur’ mulai dari kostum dan make up di muka serta menggunakan helm yang hancur parah.
Sejumlah dokumentasi belum bisa saya cantumkan disini karena belum mendapatkan ijin, namun jika kelak sudah mendapatkan ijin saya akan menampilkannya dalam postingan khusus untuk galeri foto motorider.
Saya duduk sambil melihat disekeliling trotoar, warga-warga yang hendak menonton ‘eksekusi’ ini. Mengingat kondisi yang tidak mungkin untuk mendengar maupun melihat aba-aba action dari tim sutradara akhirnya rekan saya Yandi Sutisna atas arahan Bill Plentonk dan Gareth menjadi jalan sebagai penyambung arahan sutradara. Saya janjian dengan Yandi jika di sudah mendapat aba-aba action dari handy talkie maka sebagai tanda action dia akan menggedor kaca belakang 2x atau lebih. Akhirnya perlahan dimulai, kesepakatan diambil bersama kalau kecepatan adalah 40 km / jam. Bagi anda mungkin kecepatan ini tidak terlalu kencang, tapi akan lain rasanya jika anda tiduran sambil menatap aspal ( itu adalah hal dimana saya hanya bisa berdoa agar tidak terjadi sesuatu yang fatal). Sedikit tips jika anda ingin merasakan seperti apa serunya, boncenglah pada motor teman anda dengan menghadap ke belakang, minta teman agar mengemudikan dengan kecepatan 40 km / jam. Setelah itu anda sedikit menunduk, serta tujukan pandangan anda ke aspal, nah begitulah yang terjadi di lapangan saat saya melakukan adegan itu.
Kembali pada susunan cerita, akhirnya setelah kurang lebih 30 detik berjalan, saya bersiap untuk mendengarkan aba-aba dari Yandi. Saya sempat panik karena kecepatan makin bertambah dan saya melihat aspal semakin terlihat mengerikan dan bang bang bang… terdengar bunyi kaca digedor… Tidak menunda dan banyak berpikir, saya langsung menjatuhkan diri ke aspal yang rasanya sangat luar biasa. BUGGGGG… BRAKKKK BRAAKK BRAKKKKKK… mungkin kalau bunyinya ditulis akan seperti itu. Ternyata saya jatuh dengan posisi yang salah karena kaki yang yang tidak pas dengan posisi jatuh. BUG yang pertama adalah bunyi badan saya jatuh ke aspal, bunyi brak 3x menandakan bunyi helm yang dengan keras menghantam aspal. Saya asih terdiam sendirian di jalan karena memang harus menunggu tim medis datang. Indah sekali waktu itu, saya tiduran di tengah jalan, sendirian sambil menatap langit, sedikit tersenyum dan bersyukur atas kebesaran yang Tuhan berikan membuat langit yang luas dan indah untuk dipandang. Saya memperkirakan saat adegan pertama diambil, kecepatan tidak pas di 40 km / jam, mungkin antara 45 – 50 km / jam. Akhirnya tim medis datang dan saya dibawa ke pinggir, alhamdulilah masih bisa jalan tanpa ditandu, dan melihat hanya ada 1 luka lecet di kaki kiri. Setelah dilakukan preview oleh director, tim astrada menanyakan kondisi saya apakah masih bisa untuk mengulang lagi. Saya jawab tentu saja masih bisa.
Setelah briefing ulang akhirnya diputuskan untuk mengulang adegan dan disepakati jika kecepatan akan diturunkan ke 35 km / jam dengan asumsi jikalau melewati batas maka aba-aba action akan jatuh di kecepatan 40 km / jam. Akhirnya kembali saya duduk di bagasi mobil dengan Yandi didalam mobil sebagai pemberi tanda action. Kali ini ada permintaan khusus bahwa saat saya jatuh, saya harus menggelinding ke arah kamera ( kamera ada dibelakang mobil Eka ). Saya sempat memberikan argumen bahwa saya tidak mungkin bisa mengelinding menjauhi mobil tempat saya jatuh karena hukum fisika yang dinakaman momentum bahwa benda yang jatuh dari sesuatu yang bergerak maka awalnya akan mengikuti arah dari benda yang bergerak tersebut. Namun saya disuruh menceoba terlebih dahulu. Oke akhirnya saya akan melakukan sesuai permintaan director.
Setelah mobil melaju dan saya siap untuk jatuh, aba-aba diberikan oleh Yandi dan BUGG BRAK BRAKKK… kali ini lebih kencang suaranya dan berasa di dada seperti dihantam palu Thor. Adegan kedua ini lumayan parah karena jatuh saya tepat punggung duluan tanpa adanya pengaman dari kaki sebagai yang pertama menyentuh aspal. Akhirnya dengan kondisi lumayan menyakitkan saya kali ini tidak bergerak sampai mobil ambulance datang dan membawa saya ke tempat yang agak teduh. Saya merasakan susah bernafas dan akhirnya diberikan oksigen untuk membantu pernafasan. Untuk adegan yang kedua ini saya mendengar informasi jika sutradara belum mendapatkan hasil maksimal. Jujur saya sempet shock jika sutradara belum mendapatkan apa yang dia inginkan karena saya sendirian melakukan adegan ini ( dalam frame kamera ) yang mana pasti segala sesuatunya hampir sebagian besar saya yang menjadi objek. Akhirnya setelah break lama sekitar 2 jam untuk memulihkan kondisi saya, tim kembali berkumpul tepatnya setelah makan siang. Kali ini Bruce Law kembali memberikan tambahan instruksi kepada saya untuk mengambil posisi jatuh yang aman dan tidak melawan arah ( hukum fisika ). Nah ini yang saya tunggu, saya yakin bahwa adegan ketiga ini akan berhasil karena saya akan melakukannya secara alami dalam artian saya hanya akan menjatuhkan diri tanpa memikirkan kemana tubuh saya setelah terjatuh.
Untuk ketiga kalinya saya, Yandi dan Ian berada dalam 1 mobil yang digunakan sebagai properti. Singkat kata, saya sudah bersiap untuk jatuh dengan semangat 2x lipat dari pertama, saya doktrinkan bahwa adegan ini harus jadi yang terakhir karena saya mengukur kondisi badan saya yang tidak mampu jika melakukan lebih dari 3x ( stuntman harus mampu mengukur batas ketahanan tubuhnya dalam menerima beban ). Dan waktu yang ditunggu pun datang, BANG BANG BANG, Yandi gedor kaca sebagai pertanda action. Akhirnya dengan lepas sembari tersenyum saya menjatukan diri ke aspal serasa terbang… BUG BRAK BRAK BRAKKKK… kali ini posisi jatuh saya aman walau keras dan helm yang membentur aspal hingga 3x. Badan saya terpelanting mengikuti arah laju mobil, saya diam tidak melawan saat badan jatuh tidak beraturan. Setelah berhenti menggelinding, saya rasakan sesaat apakah ada rasa sakit dan ternyata tidak ada, seketika itu pula saya langsung berdiri dan melompat kegirangannn… Rasanya semua luka hilang deh begitu adegan ke-3 tadi saya lancar tanpa ada kendala. Tim medis tetap datang karena bagaimanapun sesuai dengan SOP yang diberikan oleh Merantau Film bahwa sekecil apapun kejadian yang dialami oleh pemain, stuntman dan fighter harus diberikan penanganan. Salut untuk PT Merantau Film yang memberikan perhatian untuk hal yang satu ini. Akhirnya adegan ke-3 tadi rupanya memenuhi harapan dari Gareth Evans. Saya pun bergegas ke basecamp untuk melepas segala atribut keamanan yang melekat di badan ini dibantu oleh rekan-rekan dari tim safety juga sesekali kang Yayan Ruhian yang mau repot-repot membantu memasang dan melepas hihihi.
Santai dulu habis adegan, ngopi biar nggak edan dibawah pohon eh makin lama kok leher saya ada yang aneh rasanya ngilu-ngilu. Akhirnya saya menghabiskan waktu dari siang sampai malam dengan menggunakan pen portable yang terpasang di leher. Selanjutnya bagaimana sebaiknya nggak usah saya ceritakan, malah panjang lebar nanti hehe.
Nah itu tadi adalah akhir dari pengambilan adegan stuntman motorider dalam film The Raid 2 Berandal. Sebetulnya masih ada pengambilan gambar untuk susunan rangkaian adegan car chase, termasuk adegan motorider yang belum 100% kelar. Tapi saya tidak bisa menceritakan secara detail karena itu diluar dari wewenang saya.
Ucapan terima kasih saya ucapkan sebesar-besarnya kepada teman-teman yang selalu mendukung selama proses shooting ini, Iko Uwais, Yayan Ruhian, Gareth Evans, Bill Plentonk, Yandi Sutisna, Very Tri Yulisman, Dede, Alvin, Dondy, Gita, Itol dan om Yono beserta tim ( departemen PU, bagian surganya kopi hehehe ). Juga pak Bambang yang selalu setia antar jemput saya selama shooting. Seluruh kru dari A sampe Z, juga untuk PT Merantau Film, ada mbak Maya Barack Evans dan mas Ario Sagantoro serta mbak Hesti Panda. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menjadi bagian dari crew film The Raid 2 Berandal dan juga menjadi stuntman di beberapa adegan termasuk di adegan motorider ini. Semoga sukses akan selalu menyertai anda semuanya.
Amin amin amin ya rabbal aalamiin…
Sekian dulu kisah, cerita dan pengalaman selama melakukan adegan shooting untuk film The Raid 2 Berandal, semoga kedepan nanti makin banyak rumah produksi yang membuat karya bertema action sehingga teman-teman yang berkecimpung di dunia action seperti action director, stuntman, fighter dan sebagainya mempunya wadah sekaligus kesempatan untuk menambah kemampuannya. Sekali lagi amin amin amin ya rabbal aalamiin… Bagi yang sudah membaca, saya sangat berterima kasih jika mau berbagi ke media sosial baik facebok, twitter maupun google plus. Atau kalau berkenan follow saya di twitter hehe atau google plus :p, pahalanya yang balas Tuhan Yang Maha Kuasa loh hehehe, yuk sharing yah ke teman-teman anda. Sukses untuk semuanya.
PESAN KHUSUS : Memang saya selamat karena Allah SWT, namun bagaimanapun juga tidak lepas dari peran sebuah HELM. Maka dari itu, gunakan helm jika anda mengendarai sepeda motor kemanapun juga. Dengan menggunakan helm menunjukkan anda sayang terhadap diri anda dan keluarga anda juga turut berpartisipasi dalam kampanye tertib lalu lintas.
Selamat tertib berlalu lintas yah :)